بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Bismillahirrahmanirrahim
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"
- Nama kitab: Terjemah Kitab Fathul Qorib (Fath Al-Qarib)
- Syarh dari: Kitab Matan Taqrib Abu Syujak
- Judul kitab asal: Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar
- Pengarang: Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili Abu Abdillah Syamsuddin
- Bidang studi: Fiqih madzhab Syafi'i
(فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب أو القول المختار في شرح غاية الإختصا)
قال المصنف رحمه الله تعالى ونفعنا به وبعلومه في الدارين أمين
Hukum-hukum Qiradh.
(فَصْلٌ فِيْ أَحْكَامِ الْقِرَاضِ
(Fasal) menjelaskan hukum-hukum Qiradh.
وَهُوَ لُغَةً مُشْتَقٌّ مِنَ الْقَرْضِ وَهُوَ الْقَطْعُ
Lafadz “Qiradh” secara bahasa diambil dari lafadz “al qardl”, yaitu bermakna memotong.
وَهُوَ دَفْعُ الْمَالِكِ مَالًا لِلْعَامِلِ يَعْمَلُ فِيْهِ وَرِبْحُ الْمَالِ بَيْنَهُمَا
Qiradh adalah pemberian harta oleh seorang pemilik terhadap seorang amil (pekerja) yang akan menggunakannya untuk bekerja dan laba dari harta tersebut dibagi di antara keduanya.
Syarat Qiradh
(وَلِلْقِرَاضِ أَرْبَعَةُ شُرُوْطٍ)
Akad Qiradh memiliki empat syarat.
أَحَدُهَا (أَنْ يَكُوْنَ عَلَى نَاضٍ) أَيْ نَقْدٍ (مِنَ الدَّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيْرِ) أَيِ الْخَالِصَةِ
Salah satunya, Qiradh harus menggunakan uang berupa dirham dan dinar, maksudnya yang murni.
فَلَا يَجُوْزُ الْقِرَاضُ عَلَى تِبْرٍ وَلَا حُلِيٍّ وَلَا مَغْشُوْشٍ وَلَا عُرُوْضٍ وَمِنْهَا الْفُلُوْسُ
Sehingga akad Qiradh tidak boleh dilakukan dengan menggunakan emas mentah, perhiasan, emas campuran, dan barang-barang dagangan yang lain diantaranya adalah fulus (uang receh).
(وَ) الثَّانِيْ (أَنْ يَأْذَنَ رَبُّ الْمَالِ لِلْعَامِلِ فِيْ التَّصَرُّفِ) إِذْنًا (مُطْلَقًا)
Yang kedua, pemilik modal harus memberi izin pada amil dalam bekerja dengan izin secara mutlak (tidak dibatasi).
فَلَا يَجُوْزُ لِلْمَالِكِ أَنْ يُضَيِّقَ التَّصَرُّفَ عَلَى الْعَامِلِ كَقَوْلِهِ لَا تَشْتَرِ شَيْئًا حَتَّى تُشَاوِرَنِيْ أَوْ لَا تَشْتَرِ إِلَّا الْحِنْطَةَ الْبَيْضَاءَ مَثَلًا
Sehingga bagi malik tidak diperkenankan mempersulit gerak tasharruf pada amil, seperti ucapan pemilik modal semisal, “jangan membeli sesuatu sehingga engkau bermusyawarah denganku”, atau, “jangan membeli kecuali gandum putih.”
ثُمَّ عَطَفَ الْمُصَنِّفُ عَلَى قَوْلِهِ سَابِقًا مُطْلَقًا قَوْلَهُ هُنَّا
Kemudian mushannif meng-‘athafkan perkataan beliau di sini -di bawah ini- pada perkataan beliau yang sudah lewat yaitu “secara mutlak”,
(أَوْ فِيْمَا) أَيْ فِيْ التَّصَرُّفِ فِيْ شَيْئٍ (لَا يَنْقَطِعُ وُجُوْدُهُ غَالِبًا)
Atau memberi izin di dalam perkara, maksudnya di dalam tasharruf pada sesuatu yang umumnya tidak terputus keberadaan.
فَلَوْ شَرَّطَ عَلَيْهِ شِرَاءَ شَيْئٍ يَنْدُرُ وُجُوْدُهُ كَالْخَيْلِ الْبَلْقِ لَمْ يَصِحَّ
Sehingga, seandainya pemilik modal mensyaratkan pada amil agar membeli sesuatu yang jarang ada seperti kuda yang berwarna hitam putih, maka hukumnya tidak sah.
(وَ) الثَّالِثُ (أَنْ يَشْتَرِطَ لَهُ) أَيْ يَشْتَرِطَ الْمَالِكُ لِلْعَامِلِ (جُزْأً مَعْلُوْمًا مِنَ الرِّبْحِ) كَنِصْفِهِ أَوْ ثُلُثِهِ
Yang ketiga, pemilik modal mensyaratkan bagian yang jelas dari laba untuk amil, seperti separuh atau sepertiga dari seluruh laba.
فَلَوْ قَالَ الْمَالِكُ لِلْعَامِلِ قَارَضْتُكَ عَلَى هَذَا الْمَالِ عَلَى أَنَّ لَكَ فِيْهِ شِرْكَةً أَوْ نَصِيْبًا مِنْهُ فَسَدَ الْقِرَاضُ
Sehingga, seandainya pemilik modal berkata pada amil, “aku melakukan akad Qiradh denganmu menggunakan harta ini dengan janji bahwa sesungguhnya engkau memiliki hak syirkah atau bagian dari harta ini”, maka akad Qiradh tersebut menjadi rusak.
أَوْ عَلَى أَنَّ الرِّبْحَ بَيْنَنَا صَحَّ وَيَكُوْنُ الرِّبْحُ نِصْفَيْنِ.
atau “dengan janji bahwa sesungguhnya laba diantara kita berdua”, maka hukumnya sah, dan labanya dibagi separuh-separuh.
(وَ) الرَّابِعُ (أَنْ لَا يُقَدَّرَ الْقِرَاضُ (بِمُدَّةٍ) مَعْلُوْمَةٍ كَقَوْلِهِ قَارَضْتُكَ سَنَةً
Yang ke empat, akad Qiradh tidak boleh dibatasi dengan waktu yang dipastikan seperti ucapan pemilik modal, “aku akad Qiradh denganmu selama setahun.”
وَأَنْ لَا يُعَلَّقَ بِشَرْطٍ كَقَوْلِهِ إِذَا جَاءَ رَأْسُ الشَّهْرِ قَارَضْتُكَ
Akad Qiradh juga tidak boleh digantungkan dengan sebuah syarat, seperti ucapan pemilik modal, “ketika datang awal bulan, maka aku melakukan akad Qiradh denganmu.”
Hukum Qiradh
وَالْقِرَاضُ أَمَانَةٌ
Qiradh adalah akad amanah.
(وَ) حِيْنَئِذٍ (لَا ضَمَانَ عَلَى الْعَامِلِ) فِيْ مَالِ الْقِرَاضِ (إِلاَّ بِعُدْوَانٍ) فِيْهِ
Kalau demikian, maka tidak ada kewajiban mengganti bagi seorang amil pada harta Qiradhnya kecuali akibat kecerobohan yang ia lakukan pada harta tersebut.
وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ بِالْعُدْوَانِ
Di dalam sebagian redaksi menggunakan kata-kata “bil ‘udwan”, -dengan menggunakan huruf “al”-.
(وَإِذَا حَصُلَ) فِيْ مَالِ الْقِرَاضِ (رِبْحٌ وَخُسْرَانٌ جُبِرَ الْخُسْرَانُ بِالرِّبْحِ)
Ketika di dalam harta Qiradh terdapat laba dan rugi, maka kerugian ditutupi dengan laba.
وَاعْلَمْ أَنَّ عَقْدَ الْقِرَاضِ جَائِزَةٌ مِنَ الطَّرَفَيْنِ فَلِكُلٍّ مِنَ الْمَالِكِ وَالْعَامِلِ فَسْخُهُ.
Ketahuilah sesungguhnya akad Qiradh hukumnya jaiz dari kedua belah pihak, sehingga masing-masing dari pemilik modal dan amil diperkenankan untuk merusaknya -kapanpun yang mereka kehendaki-.
Posting Komentar