بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Bismillahirrahmanirrahim
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"
- Nama kitab: Terjemah Kitab Fathul Qorib (Fath Al-Qarib)
- Syarh dari: Kitab Matan Taqrib Abu Syujak
- Judul kitab asal: Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar
- Pengarang: Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili Abu Abdillah Syamsuddin
- Bidang studi: Fiqih madzhab Syafi'i
(فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب أو القول المختار في شرح غاية الإختصا)
قال المصنف رحمه الله تعالى ونفعنا به وبعلومه في الدارين أمين
Menjelaskan hukum-hukum iqrar
(فَصْلٌ فِيْ أَحْكَامِ الْإِقْرَارِ
(Fasal) menjelaskan hukum-hukum iqrar.
وَهُوَ لُغَةً الْإِثْبَاتُ وَشَرْعًا إِخْبَارٌ بِحَقٍّ عَلَى الْمُقِرِّ
Iqrar secara bahasa adalah menetapkan. Dan secara syara’ adalah memberitahukan hak yang menjadi tanggungan orang yang iqrar.
فَخَرَجَتِ الشَّهَادَةُ لِأَنَّهَا إِخْبَارٌ بِحَقٍّ لِلْغَيْرِ عَلَى الْغَيْرِ
Maka mengecualikan syahadah (persaksian). Karena sesungguhnya syahadah adalah memberitahukan hak milik orang lain yang menjadi beban orang yang lain lagi.
Pembagian Muqar Bih
(وَالْمُقَرُّ بِهِ ضَرْبَانِ)
Sesuatu yang diiqrari ada dua macam.
أَحَدُهُمَا (حَقُّ اللهِ تَعَالَى) كَالسَّرِقَةِ وَالزِّنَا
Salah satunya adalah haknya Allah Swt seperti mencuri dan berzina.
(وَ) الثَّانِيْ (حَقُّ الْآدَمِيِّ) كَحَدِّ الْقَذْفِ لِشَخْصٍ
Yang ke dua adalah hak anak Adam seperti had qadzaf (menuduh zina) pada seseorang.
Haknya Allah
(فَحَقُّ اللهِ تَعَالَى يَصِحُّ الرُّجُوْعُ فِيْهِ عَنِ الْإِقْرَارِ بِهِ)
Untuk haknya Allah Swt, maka hukumnya sah menarik kembali pengakuan di dalamnya.
كَأَنْ يَقُوْلَ مَنْ أَقَرَّ بِالزِّنَا رَجَعْتُ عَنْ هَذَا الْإِقْرَارِ أَوْ كَذَبْتُ فِيْهِ
Seperti seseorang yang telah mengaku berbuat zina berkata, “saya menarik kembali pengakuan ini,” atau “saya berbohong dalam pengakuan ini.”
وَيُسَنُّ لِلْمُقِرِّ بِالزِّنَا الرُّجُوْعُ عَنْهُ
Bagi orang yang mengaku telah berbuat zina disunnahkan untuk menarik kembali pengakuannya.
Hak Anak Adam
(وَحَقُّ الْآدَمِيِّ لَا يَصِحُّ الرُّجُوْعُ فِيْهِ عَنِ الْإِقْرَارِ بِهِ)
Sedangkan untuk hak anak Adam, maka hukumnya tidak sah menarik kembali pengakuan di dalamnya.
وَفُرِّقَ بَيْنَ هَذَا وَالَّذِيْ قَبْلَهُ بِأَنَّ حَقَّ اللهِ تَعَالَى مَبْنِيٌّ عَلَى الْمُسَامَحَةِ وَحَقَّ الْآدَمِيِّ مَبْنِيٍّ عَلَى الْمُشَاحَةِ
Dibedakan antara hak ini dengan hak sebelumnya, bahwa sesungguhnya haknya Allah Swt didasarkan pada kemurahan, sedangkan hak anak Adam didasarkan pada al musahah (sengketa).
Syarat-Syarat Iqrar
(وَتَفْتَقِرُ صِحَّةُ الْإِقْرَارِ إِلَى ثَلَاثَةِ شَرَائِطَ)
Sahnya pengakuan membutuhkan tiga syarat.
أَحَدُهَا (الْبُلُوْغُ) فَلَا يَصِحُّ إِقْرَارُ الصَّبِيِّ وَلَوْ مُرَاهِقًا وَلَوْ بِإِذْنِ وَلِيِّهِ
Salah satunya adalah baligh. Sehingga tidak sah pengakuan anak kecil walaupun hampir baligh dan walaupun seizin walinya.
(وَ) الثَّانِيْ (الْعَقْلُ) فَلَا يَصِحُّ إِقْرَارُ الْمَجْنُوْنِ وَالْمُغْمَى عَلَيْهِ وَزَائِلِ الْعَقْلِ بِمَا يُعْذَرُ فِيْهِ
Yang kedua adalah berakal. Sehingga tidak sah pengakuannya orang gila, orang pingsan dan orang yang hilang akalnya sebab sesuatu yang ditolelir.
فَإِنْ لَمْ يُعْذَرْ فَحُكْمُهُ كَالسَّكْرَانِ
Jika hilangnya akal itu disebabkan oleh sesuatu yang tidak ditolelir, maka hukumnya seperti orang yang mabuk.
(وَ) الثَّالِثُ (الْاِخْتِيَارُ) فَلَا يَصِحُّ إِقْرَارُ مُكْرَهٍ بِمَا أُكْرِهَ عَلَيْهِ
Yang ke tiga adalah atas kemauan sendiri, sehingga tidak sah pengakuan orang yang dipaksa terhadap apa yang dipaksakan pada dirinya.
(إِنْ كَانَ) الْإِقْرَارُ (بِمَالٍ اُعْتُبِرَ فِيْهِ شَرْطٌ رَابِعٌ وَهُوَ الرُّشْدُ)
Jika pengakuan tersebut pada harta, maka ditambahkan syarat yang ke empat yaitu rusyd (pintar).
وَالْمُرَادُ بِهِ كَوْنُ الْمُقِرِّ مُطْلَقَ التَّصَرُّفِ
Yang dikehendaki dengan rusyd adalah keberadaan orang yang iqrar adalah orang yang mutlak tasharrufnya (sah tasharrufnya).
وَاحْتَرَزَ الْمُصَنِّفُ بِمَالٍ عَنِ الْإِقْرَارِ بِغَيْرِهِ كَطَلَاقٍ وَظِهَارٍ وَنَحْوِهِمَا
Dengan keterangan “terhadap harta”, mushannif mengecualikan pengakuan terhadap selain harta seperti talak, dhihar dan sesamanya.
فَلَا يُشْتَرَطُ فِي الْمُقِرِّ بِذَلِكَ الرُّشْدُ بَلْ يَصِحُّ مِنَ الشَّخْصِ السَّفِيْهِ
Maka tidak disyaratkan harus rusyd pada orang yang iqrar dengan perkara-perkara tersebut, bahkan hukumnya sah pengakuan dari orang idiot.
Iqrar Barang Yang Tidak Jelas
(وَإِذَا أَقَرَّ) الشَّخْصُ (بِمَجْهُوْلٍ) كَقَوْلِهِ لِفُلَانٍ عَلَيَّ شَيْئٌ (رُجِعَ) بِضَمِّ أَوَّلِهِ (إِلَيْهِ) أَيِ الْمُقِرِّ (فِيْ بَيَانِهِ) أَيِ الْمَجْهُوْلِ
Ketika seseorang melakukan iqrar dengan sesuatu yang tidak jelas / majhul seperti ucapannya, “fulan memiliki sesuatu hak pada diriku”, maka ia diminta untuk menjelaskannya, maksudnya barang yang tidak jelas tersebut.
فَيُقْبَلُ تَفْسِيْرُهُ بِكُلِّ مَا يُتَمَوَّلُ وَإِنْ قَلَّ كَفَلَسٍ
Sehingga penjelasannya sudah bisa diterima dengan sesuatu yang memiliki harga, walaupun hanya sedikit seperti uang receh.
وَلَوْ فَسَّرَ الْمَجْهُوْلَ بِمَا لَا يُتَمَوَّلُ لَكِنْ مِنْ جِنْسِهِ كَحَبَّةِ حِنْطَةٍ أَوْ لَيْسَ مِنْ جِنْسِهِ لَكِنْ يَحِلُّ اقْتِنَاؤُهُ كَجِلْدِ مَيْتَةٍ وَكَلْبٍ مُعَلَّمٍ وَزَبَلٍ قُبِلَ تَفْسِيْرُهُ فِيْ جَمِيْعِ ذَلِكَ عَلَى الْأَصَحِّ
Seandainya ia menjelaskan perkara yang tidak jelas tersebut dengan sesuatu yang tidak memiliki harga akan tetapi masih termasuk jenis dari perkara yang memiliki harga seperti satu biji gandum putih, atau bukan termasuk jenis barang yang memiliki harga akan tetapi halal untuk disimpan seperti kulit bangkai, anjing yang terlatih dan kotoran ternak, maka penjelasannya di dalam semua itu dapat diterima menurut pendapat al ashah.
وَمَتَى أَقَرَّ بِمَجْهُوْلٍ وَامْتَنَعَ مِنْ بَيَانِهِ بَعْدَ أَنْ طُوْلِبَ بِهِ حُبِسَ حَتَّى يُبَيِّنَ الْمَجْهُوْلَ
Ketika seseorang melakukan iqrar dengan sesuatu yang tidak jelas dan tidak mau menjelaskannya setelah dituntut untuk menjelaskan, maka ia berhak dipenjara hingga mau menjelaskan perkara yang belum jelas tersebut.
فَإِنْ مَاتَ قَبْلَ الْبَيَانِ طُوْلِبَ بِهِ الْوَارِثُ وَوُقِفَ جَمِيْعُ التِّرْكَةِ.
Sehingga, jika ia meninggal dunia sebelum menjelaskan, maka yang dituntut untuk menjelaskan adalah ahli warisnya, dan semua harta tinggallannya dipending terlebih dahulu.
Pengecualian di Dalam Iqrar
(وَيَصِحُّ الْاِسْتِثْنَاءُ فِيْ الْإِقْرَارِ إِذَا وَصَلَهُ بِهِ) أَيْ وَصَلَ الْمُقِرُّ الْاِسْتِثْنَاءَ بِالْمُسْتَثْنَى مِنْهُ
Hukumnya sah memberi istitsna’ / mengecualikan di dalam iqrar ketika pengecualian tersebut langsung disambung dengan iqrarnya, maksudnya orang yang iqrar langsung menyambung istitsna’-nya dengan mustatsna minhu.
فَإِنْ فَصَلَ بَيْنَهُمَا بِسُكُوْتٍ أَوْ كَلَامٍ كَثِيْرٍ أَجْنَبِيٍّ ضَرَّ
Sehingga, jika ia memisahkan antara keduanya dengan diam -yang lama secara ‘urf- atau ucapan yang lain, maka hukumnya tidak sah.
أَمَّا السُّكُوْتُ الْيَسِيْرُ كَسَكْتَةِ تَنَفُّسٍ فَلَا يَضُرُّ
Adapun pemisah yang berupa diam sebentar seperti diam untuk mengambil nafas, maka hukumnya tidak berpengaruh.
وَيُشْتَرَطُ أَيْضًا فِيْ الْاِسْتِثْنَاءِ أَنْ لَا يَسْتَغْرِقَ الْمُسْتَثْنَى مِنْهُ
Di dalam istitsna’ juga disyaratkan harus tidak sampai menghabiskan mustatsna minhu-nya.
فَإِنِ اسْتَغْرَقَهُ نُحْوُ لِزَيْدٍ عَلَيَّ عَشْرَةٌ إِلَّا عَشْرَةً ضَرَّ
Sehingga, jika sampai istitsna’-nya menghabiskan mustatsna minhu-nya seperti ucapan, “Zaid memiliki hak pada diriku sepuluh kecuali sepuluh”, maka hukum istitsna’-nya tidak sah.
(وَهُوَ) أَيِ الْإِقْرَارُ (فِيْ حَالِ الصِّحَةِ وَالْمَرَضِ سَوَاءٌ)
Iqrar di saat sehat dan sakit itu hukumnya sama saja.
حَتَّى لَوْ أَقَرَّ شَخْصٌ فِيْ صِحَّتِهِ بِدَيْنٍ لِزَيْدٍ وَفِيْ مَرَضِهِ بِدَيْنٍ لِعُمَرَ لَمْ يُقَدَّمِ الْإِقْرَارُ الْأَوَّلُ وَحِيْنَئِذٍ فَيُقْسَمُ الْمُقَرُّ بِهِ بَيْنَهُمَا بِالسَّوِيَّةِ.
Sehingga, seandainya ada seseorang yang iqrar saat sehat bahwa ia memiliki hutang pada Zaid, dan saat sakit ia mengaku bahwa memiliki hutang pada Umar, maka pengakuan yang pertama tidak didahulukan. Dan kalau demikian, maka barang yang diiqrari harus dibagi di antara keduanya.
Posting Komentar