LfzVJj0YR3boMK1tn4hfkSI1wQKdumXVIf1BgRbR
Bookmark

Sholatnya Orang yang Tidak Mampu

Sholatnya Orang yang Tidak Mampu


(وَمَنْ عَجَزَ عَنِ الْقِيَامِ فِي الْفَرِيْضَةِ) لِمَشَقَّةٍ تَلْحَقُهُ فِيْ قِيَامِهِ (صَلَّى جَالِسًا) عَلَى أَيِّ هَيْئَةٍ شَاءَ

Dan barang siapa tidak mampu berdiri saat melaksanakan sholat fardlu karena ada hal berat yang ia alami saat berdiri, maka ia diperkenakankan sholat dengan duduk sesuai posisi yang ia kehendaki.


وَلَكِنِ افْتِرَاشُهُ فِيْ مَوْضِعِ قِيَامِهِ أَفْضَلُ مِنْ تَرَبُّعِهِ فِي الْأَظْهَرِ

Akan tetapi duduk iftirasy di waktu posisi berdiri lebih utama dari pada duduk tarabbu’ (bersila) menurut pendapat al Adhhar.


(وَمَنْ عَجَزَ عَنِ الْجُلُوْسِ صَلَّى مُضْطَجِعًا)

Dan barang siapa tidak mampu duduk, maka diperkenankan sholat dengan tidur miring.


فَإِنْ عَجَزَ عَنِ الْاِضْطِجَاعِ صَلَّى مُسْتَلْقِيًا عَلَى ظَهْرِهِ وَرِجْلَاهُ لِلْقِبْلَةِ

Jika tidak mampu tidur miring, maka diperkenankan sholat dengan terlentang di atas punggung dan kedua kaki menghadap kiblat.



فَإِنْ عَجَزَ عَنْ ذَلِكَ كُلِّهِ أَوْمَأَ بَطَرْفِهِ وَنَوَى بِقَلْبِهِ

Jika tidak mampu melakukan semua itu, maka hendaknya ia memberi isyarah dengan mata dan niat di dalam hati.



وَيَجِبُ عَلَيْهِ اسْتِقْبَالُهَا بِوَجْهِهِ بِوَضْعِ شَيْئٍ تَحْتَ رَأْسِهِ وَيُوْمِئُ بِرَأْسِهِ فِيْ رُكُوْعِهِ وَسُجُوْدِهِ

Dan wajib baginya untuk menghadap kiblat dengan wajah dengan meletakkan sesuatu di bawah kepalanya dan memberi isyarah dengan kepala saat ruku’ dan sujud.


فَإِنْ عَجَزَ عَنِ الْإِيْمَاءِ بِرَأْسِهِ أَوْمَأَ بِأَجْفَانِهِ

Jika tidak mampu memberi isyarah dengan kepala, maka hendaknya ia memberi isyarah dengan kedipan mata.


فَإِنْ عَجَزَ عَنِ الْإِيْمَاءِ بِهَا أَجْرَى أَرْكَانَ الصَّلَاةِ عَلَى قَلْبِهِ وَلَايَتْرُكُهَا مَا دَامَ عَقْلُهُ ثَابِتًا

Jika tidak mampu memberi isyarah dengan itu, maka ia harus menjalankan rukun-rukun sholat di dalam hati. Dan tidak diperkenankan meninggalkan sholat selama akalnya masih ada.


وَالْمُصَلِّيْ قَاعِدًا لَا قَضَاءَ عَلَيْهِ وَلَايَنْقُصُ أَجْرُهُ لِأَنَّهَ مَعْذُوْرٌ

Orang yang sholat dengan posisi duduk, maka ia tidak wajib mengqadala’ dan pahalanya tidak berkurang, karena sesungguhnya ia adalah orang memiliki udzur.


وَأَمَّا قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَاعِدِ فَمَحْمُوْلٌ عَلَى النَّفْلِ عِنْدَ الْقُدْرَةِ .

Adapun sabda baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “barang siapa melakukan sholat dengan posisi duduk, maka ia mendapatkan separuh pahala orang yang sholat dengan berdiri. Dan barang siapa melakukan sholat dengan tidur, maka ia mendapatkan separuh pahala orang yang sholat dengan duduk.” Maka di arahkan pada orang yang melakukan sholat sunnah dan ia dalam keadaan mampu.


0

Posting Komentar